Pandemi COVID-19, Kita Bisa Apa?

Ilustrasi Pandemi - Anteraja

Himbauan dari pemerintah untuk social-distancing sudah menjalar kemana-mana, jalanan yang dulunya dirundung oleh kemacetan kian sepi, banyak perusahaan yang menghimbau staff-staffnya untuk kerja di rumah saja, bisnis-bisnis semakin banyak yang tutup, dan tentunya, banyak dari kita yang belum keluar dari rumah selama berminggu-minggu. Pusat-pusat perbelanjaan yang dulu selalu dipenuhi pengunjung berlalu lalang pun berubah seakan-akan mati. Pengecekan suhu tubuh dicanangkan dengan teliti di setiap pintu masuk gedung, dan hampir semua dari sedikit orang yang terlihat di tempat-tempat umum terlihat memakai masker penutup mulut dan hidung. Rasa paranoid seakan-akan menghantui masyarakat kita.

Suasana di Summarecon Mall Serpong ditengah pandemi COVID-19 - Anteraja
Suasana di Summarecon Mall Serpong ditengah pandemi COVID-19 (Sumber: Shutterstock)

Apakah ini cuplikan distopia dari buku 1984 yang ditulis George Orwell? Sayangnya tidak–– ini adalah cerita nyata yang kita hadapi sekarang ini dalam upaya pencegahan virus COVID-19 yang sedang marak. Bagaimana tidak, dengan strata infeksivitas yang lebih tinggi daripada kasus SARS pada tahun 2012 dan tingkat fatalitas yang tinggi, bahkan generasi tertua yang hidup dimasa kini tidak pernah mengalami hal ini sebelumnya.

Kami yakin Nenek ini juga tidak pernah mengalami hal seperti ini dimasa dia hidup sekian lama (Sumber: Shutterstock)

Berikut statistik kasus COVID-19 sampai pada 22 April 2020 kemarin:

Terduga                                   211.325

Positif                                      7.418

Sembuh                                   913

Meninggal                               635

Pada rentang waktu kurang dari dua bulan sejak pertama kali kasus COVID-19 muncul di Indonesia, yaitu ditanggal 2 Maret 2020, tentu saja statistik ini membuat semua orang kalang kabut. Orang-orang banyak yang bergegas membeli masker pelindung berkardus-kardus, baik itu masker medis, maupun masker N-95, mengakibatkan meroketnya harga pasar masker hingga sepuluh kali lipat.

Oke, mungkin bukan ranah kami untuk menilai tentang moralitas penimbun masker. Tetapi pada kenyataannya, banyak Rumah Sakit yang sedang berada ditengah krisis saat ini. Dalam upaya terakhir, para pekerja Rumah Sakit terpaksa harus mencuci ulang masker medis yang seharusnya hanya sekali-pakai-buang, dan bahkan memakai jas hujan sebagai pengganti jas hazmat dalam melindungi diri ketika menangani kasus COVID-19 agar tidak tertular.

Lagipula, kalau mereka tertular juga, bukan hanya kasus penyebaran virus semakin luas–– kalau semakin banyak pekerja medis yang malah tertular dan harus dirawat, secara logis, bukannya semakin sedikit persediaan tenaga kerja medis kita yang dapat *secara aktif* membantu pasien-pasien yang terkena virus COVID-19 untuk sembuh?

Kesulitan APD oleh tim medis saat pandemi COVID-19
Kiri-kanan: 1. Cuplikan video seorang pekerja Rumah Sakit yang sedang mencuci masker sekali pakai di sebuah RS Umum domisili Jakarta (Sumber: dr Febrina Sugianto, B.MedSci), 2. Cuplikan video seorang pekerja medis yang memakai kantong kresek sebagai pengganti alat pelindung kepala di sebuah RS Umum domisili Jakarta (Sumber: dr Febrina Sugianto, B.MedSci), 3. Seorang pekerja medis yang memakai jas hujan sebagai pengganti jas hazmat di sebuah RS Umum domisili Balikpapan (Sumber: dr Valencia Jane, B.MedSci)

Terus, kita bisa ngapain?

Sudah seharusnya kita sebagai bangsa Indonesia bersatu melindungi Garda Depan Pahlawan Medis di negara kita dengan mempermulus kinerja mereka dalam membasmi virus COVID-19, bukannya mempersulit.

Aduh, tapi bosen nih, berasa dipenjara di rumah sendiri. Yuk, ditahan dulu bosannya sekarang. Daripada kamu menambah jumlah orang yang berseliweran di tempat-tempat umum, nanti akan semakin lama kita berada dibawah himbauan untuk social distancing, atau, pahit-pahitnya, malah terjangkit virus COVID-19. Sebisa mungkin, yuk, kita jangan sampai menambah jumlah pasien yang harus dirawat di Rumah Sakit kalau masih dapat dicegah. Mencegah lebih baik daripada mengobati, loh.

modern

Dijaman modern ini, hampir semua aktivitas sehari-hari bisa dilakukan dengan jaringan internet. Mau nongkrong bareng temen? Bisa lewat jejaring sosial. Belajar hal baru? Bisa lewat kelas-kelas online. Mau belanja online? Bisa dikirim lewat Anteraja!

Jika kamu harus beraktivitas diluar rumah, maka ada baiknya kamu rajin cuci tangan, memakai masker, dan menghindari menyentuh fasilitas umum dengan tangan langsung. Ketika sampai rumah, kamu bisa langsung membersihkan diri dengan mandi dan keramas sampai bersih sebelum beristirahat.

Dan gak kalah penting, yuk lebih pintar dalam mengolah informasi yang kamu dapat! Dengan boomingnya media sosial seperti Instagram, WhatsApp, Facebook, dan lain sebagainya, banyak informasi yang beredar mengenai COVID-19 dan cara pencegahannya. Yang memberikan informasi pasti bertujuan baik, yaitu agar kamu tidak ikut tertular virus COVID-19–– tapi alangkah baiknya kalau kamu bisa mengayak informasi-informasi yang beredar di media sosial, jangan sampai informasi yang kamu dapat malah membahayakan diri kamu sendiri atau malah orang lain.

Jika kamu berniat mengunggah konten mengenai COVID-19, yuk, lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi dengan mengecek ulang kredibilitas informasi yang kamu bagikan. Kalau unggahanmu sudah dibaca oleh orang-orang, kamu tidak bisa mengontrol tindakan mereka setelah mendapatkan informasi itu. Akan tetapi, kita bisa mengontrol apa yang akan kita unggah. Kalau informasi itu malah membahayakan orang lain, kita tidak bisa bertanggung jawab, istilahnya, nasi sudah menjadi bubur. Maka dari itu, ayo lebih cermat lagi dalam membuat konten yang dapat berguna untuk teman-teman kita.

salaah penggunaan untuk air purifier dan obat kumur antiseptik

Seorang influencer berdomisili Medan sempat viral di media sosial karena unggahan tutorial untuk menuangkan obat kumur antiseptik kedalam air-purifier sebagai kiat untuk mematikan virus COVID-19. Nyatanya, obat kumur antiseptik ini tidak diperuntukkan untuk ditelan, dihirup, maupun terkena mata, sehingga tips ini dapat menyebabkan infeksi mukosa saluran pernafasan dan bisa berimbas efek seperti perubahan warna kulit, ruam, iritasi, dan kulit yang seperti terbakar yang merupakan reaksi hipersensitivitas. (Sumber: Ilustrasi dari  Anteraja)

Atau malah kamu tergerak untuk mengirim bantuan buat disumbangkan ke Rumah Sakit? Yuk, kirim donasi sebisa kamu dalam upaya membantu pekerja-pekerja medis melanjutkan perjuangannya! Mereka sedang membutuhkan bantuan kita, loh!

masker medis sekali pakai untuk didaur ulang

Sebuah kantong berisi masker medis sekali pakai yang sudah dinamai untuk dibersihkan dan dipakai ulang (Source: dr. Febrina Sugianto B.MedSci)

Sekarang Anteraja bisa mengirimkan donasi kamu ke Rumah Sakit yang kamu tuju. Gratis!

Satria Anteraja sedang menerima sumbangan berupa APD dari Lifeshield

Satria Anteraja sedang menerima sumbangan berupa APD dari Lifeshield (Sumber: Anteraja)

Mau kirim donasi ke Rumah Sakit, tapi gak tau gimana caranya? Jangan urungkan niat baikmu. Kebetulan, Anteraja juga mau mengajak kamu untuk ikut menyumbang alat-alat penunjang medis pada Rumah Sakit pilihanmu!

Berikut kutipan dari Pak Suyanto Tjoeng selaku CEO dari Anteraja pada tanggal 9 April 2020:

“Perlengkapan kesehatan utamanya APD menjadi kebutuhan utama para dokter dan tenaga kesehatan dalam bekerja menangani pasien infeksi Covid-19. Melalui program gratis ongkir untuk donasi yang sudah berjalan sejak 25 Maret 2020, Anteraja ingin ikut serta dalam menjaga pasokan alat-alat kesehatan dan perlengkapan penunjang medis yang sangat dibutuhkan di tengah pandemi ini di rumah-rumah sakit yang menjadi coverage Anteraja, seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Darurat Wisma Atlet, RSUD Kariadi, dan lainnya,”

Caranya, kamu bisa menghubungi Anteraja melalui email ke marketing@anteraja.id mengenai mengirimkan donasi untuk Rumah Sakit. Kemudian, pihak Anteraja akan segera menghubungi kamu kembali untuk detail lebih lanjut terkait dengan donasi kamu. Lalu, pihak Anteraja akan segera memproses pengiriman donasi kamu dengan mencetak nomor airway bill yang bisa dipakai untuk memantau status pengiriman donasi kamu secara berkala dari proses penjemputan barang, hingga donasimu sampai ke Rumah Sakit tujuan.

Langkah-langkah untuk DonasimuKamiAnteraja - Anteraja

Tapi aku gak bisa kirim banyak-banyak, apa ada minimal kuota pengiriman donasi? Tenang saja, berapapun yang kamu donasikan, pasti akan dijemput Satria selaku kurir Anteraja. Berarti, tidak ada minimal pengiriman jumlah donasi, selam Rumah Sakit tujuanmu masih berada di jangkauan Anteraja. Kamu gak perlu khawatir, karena saat ini Anteraja sudah menjangkau lebih dari 30 provinsi di seluruh Indonesia, jadi kemungkinan besar Rumah Sakit yang kamu tuju bisa diantar oleh Anteraja!

Provinsi-provinsi yang dapat dijangkau Anteraja saat ini
Provinsi-provinsi yang dapat dijangkau Anteraja saat ini. (Sumber: Anteraja)

Yuk, ikut menyumbang alat penunjang medis bareng Anteraja! Berapapun donasimu, pasti kita anterin, karena sekecil apapun donasi kamu akan membuat perbedaan. Segera kirimkan email ke marketing@anteraja.id, dan kami akan dengan senang hati ikut membantu menyampaikan niat baik kamu dalam membantu pejuang medis kita!